“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].
Kalimat ini sering banget muncul di bagian awal-awal undangan pernikahan yang disebar via dunia maya. Sampe-sampe khatam kalau misalnya ada kalimat basmallah dan dilanjut terjemahan ini, dapat dipastikan itu adalah undangan pernikahan. Di usia sekarang ini (red : 23 tahun) teman sepermainan sudah banyak yang mengirimkan surat undangan, lalu kita menghadirinya, sembari kemudian banyak yang bertanya juga "kondangan terus, kapan dikondangin?" baiklah. Itu klise yang memang tak penting untuk dijawab, karena toh orang yang nanya juga ga sepenuhnya peduli dengan "kapan" nya kita, wqwq.
Adakalanya quotes quotes ajaib beredaran dunia maya sebagai bentuk "counter attack" atau mungkin "defense" bagi orang-orang yang sering ditanya kapan nikah, misalnya :
Menikah itu bukan perlombaan, yang dinilai dr seberapa cepat bersanding di pelaminan.Menikah itu bukan drama, yang dinilai dari seberapa dramatis mendapatkan sang pujaan hati.Menikah itu bukan bisnis, mengharapkan yg terbaik dengan usaha seminim mungkin.Menikah itu ibadah agar mendapat berkah hingga mendapat sakinah.Setuju.?
Setia Furqon Kholid
Menikah itu bukan lomba lari, yang ada definisi siapa cepat, siapa lelet larinya. Menikah itu juga bukan lomba makan kerupuk, yang menang adalah yang paling cepat ngabisin kerupuk, lantas semua orang berseru hore.Menikah itu adalah misteri Tuhan. Jadi tidak ada istilah terlambat menikah. Pun tidak ada juga istilah pernikahan dini. Selalu yakini, jika Tuhan sudah menentukan, maka akan tiba momen terbaiknya, di waktu paling pas, tempat paling tepat. Abaikan saja orang-orang yang memang cerewet mulutnya bilang "gadis tua, bujang lapuk", atau nyinyir bilang, "kecil-kecil kok sudah menikah".
Tere Liye
etc. kayaknya mah masih banyak lagi edisi jawaban defense lainnya. wqwq
Tapi ya tidak bisa dipungkiri, lingkungan yang cenderung homogen, maksudnya disini saat teman sebaya kondisinya hampir sudah menikah semua, akan membuat kita juga mulai sadar diri, sambil juga nanya ngomong ke depan cermin "kapan kamu?". kalau udah diri sendiri yang nanyain hal begituan, kamu sudah ingin menikah "detected". Tapi hati-hati lho, jangan sampai ingin nikah cuma gara-gara kepanasan sama teman. Teman yang suka bully juga rese sih yah, nanya-nanya kapan, nyuruh-nyuruh nikah, pun tanpa ngasih solusi konkrit "sama siapa" nya. wqwq. Well nih, rukun nikah kan ada lima
- Pengantin lelaki
- Pengantin perempuan
- Wali
- Dua orang saksi lelaki
- Ijab dan kabul
Kalo pengantinnya belom ada lah piyeee?? wqwq
Di sisi lain, ada pula orang-orang yang merasa belum siap untuk menikah. Lah emang yang siap menikah yang begimana??? Ku juga tak paham wqwq. Katanya sih ga akan ada yang merasa siap untuk menikah. Orang itu merasa harus menikah saat mereka butuh. Butuh perhatian dari lawan jenis, butuh teman bermain, butuh teman menggapai ridhoNya dan mengejar surga *tsahhh,, Iya, menggapai ridhoNya dan mengejar surgaNya. Kalimat terakhir ini yang harus digaris bawahi, kemudian di Bold, lalu italic. Semakin kesini, semakin paham bahwa hakikat pernikahan bukan hanya untuk kesenangan semata, ya kalau senengnya mah bonus lah. Menikah, selain memang kebutuhan biologis manusia, harus kita pahami di dalamnya juga terdapat misi spesial. Misi yang mulia. Menikah untuk membangun peradaban. Sering kali kita mendengar bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Benar sekali, salah satu cara kita membangun peradaban ialah melalui anak-anak cerdas cemerlang.
duh,, udah bel, sambung kapan kapan deh... wqwq
Nice story :)
ReplyDelete