Hujan, sesuatu yang membuatku kadang menggerutu, ya saat ini ku tak membawa jaket ber-hoodie- bisa dipastikan kepalaku tersiram hujan. Rupanya aku juga terlalu malas mengeluarkan payung dari dalam tas. Tapi sudahlah, toh ini hanya hujan biasa. kabar baiknya, jembatan penyebrangan yang aku lewati memiliki atap hingga aku leluasa berjalan tanpa khawatir kehujanan.
Saat itu ku memakai sepatu dengan hak tinggi, jadi saat turun tangga aku merasa harus lebih berhati hati. Saat fokus dengan tangga yang aku pijak, seseorang menawariku jas hujan. Memang ada banyak pedagang di jembatan penyebrangan. Tak ku lirik karena ku merasa harus fokus pada sepatu dan pijakanku, hanya menggelengkan kepala menandakan "tidak". tapi orang itu masih terus menawariku sambil berkata "mba jas hujannya mba, jas hujan nya". Merasa gemas, aku menolehkan kepala untuk berkata tidak, tapi tak jadi, karena ternyata itu dia, sambil tersenyum lebar seperti biasa. Entah itu upaya meledekku atau apa, aku hanya senang bisa bersamanya, Bersama hujan.
"Tadi kamu nawarin jas hujan kan? Mana sini"
"Ga jadi di jual, kamu kan ga mau"
"Sekarang mau"
"Gausah, pake payung aja"
"Ya tetep basah kan"
"Yaudah, nunggu disini dulu sampe hujan nya reda"
"Ga jadi di jual, kamu kan ga mau"
"Sekarang mau"
"Gausah, pake payung aja"
"Ya tetep basah kan"
"Yaudah, nunggu disini dulu sampe hujan nya reda"
Aku tersenyum, entah Ia menyadarinya atau tidak, lalu ku merasa harus bersyukur karena hujan, karena Ia juga ada.
Comments
Post a Comment