Seperti biasa aku berangkat naik angkutan kota. Di kota hujan ini, kemacetan juga jadi salah satu landmark. Hujan yang tak terduga, macet dimana mana, tapi kamu tahu? Tetap sama, tetap cinta. Kalau ditanya kenapa, aku juga tak mengerti. Ada satu hal yang ingin aku beritahu soal mengahadapi kemacetan, bukan satu maksudku, tapi dua, ya dua hal sederhana yang aku mulai sering mempraktekannya.
Pertama, jadilah kreatif, lakukan hal yang bisa dilakukan di sela sela kemacetan, chatting dengan teman misalnya. Walaupun isinya juga mungkin keluhan karena macet yang tak kunjung terurai. Hehe. Kurasa tak apa. atau jadilah kreatif dengan memandang kemacetan dari sisi baiknya. Misalnya di dalam angkot ga kepanasan. lepas hujan semalam, paginya ternyata berawan dan sejuk. Atau kalau kebetulan memang panas, ya coba dibuat santai saja. Coba cari hal hal baik agar bisa berpikir positif. Masih ga bisa juga? Yasudah, mungkin itu juga termasuk cara menikmati kemacetan.
Hal kedua yang dilakukan saat macet, adalah berusaha tetap -cute-. Ya tahu maksudku? Saat dalam kemacetan, tentu sangat menyebalkan jika orang-orang disekitar kita juga semua uring-uringan. Makanya, berusaha tetap -cute- "semoga saja" tidak menambah uring-uringan mereka atau setidaknya, menghindarkan diri dari ikut-ikutan uring uringan juga. Ya begitulah maksudku. Semoga bisa dimengerti, kalau tidak mengerti, ya tidak apa apa juga sih, semoga menemukan cara lain. Tapi ya itu maksudku, saat macet, jadilah kreatif dan tetaplah manis.
Aku ada sedikit cerita klise ditengah kemacetan. Dari beribu angkot yang ada di kota hujan ini, entah mengapa selalu angkot yang sama dengannya. Siapa? Iya, dia yang kutemui di angkot. Ia ramah dan sopan, namun bukan kebiasaannya untuk berlagak kenal dengan orang yang baru ia temui, tebakanku. Meskipun sebenarnya kami sudah sering bertemu, di angkot yang sama tentunya. Lalu mungkin sekarang kalian berpikir, "tentu saja aku suka macet karena ada dia". Ada benarnya, ada tidak benarnya juga. Kalau kalian tahu, biasanya dia selalu turun tepat sebelum kemacetan itu terjadi. Mungkin sesekali pernah kami terjebak macet bersama, namun tak sering. Ku bilang lagi, itu hanya sesekali. Aku pun tak tahu Ia selalu pergi kemana, ritualnya seperti _aku naik angkot_angkot jalan_dia naik angkot_angkot jalan_dia turun_angkot jalan_aku turun_ Lokasi Ia turun? tentu saja aku tahu, sebuah persimpangan dengan tulisan besar-besar di plangnya (kalau aku bisa menyebutnya sebuah plang) ELANG LOJI.
Comments
Post a Comment