kau bilang, jangan berharap lebih "padaku"
ya, sesungguhnya aku tak pernah ingin merasa berharap padamu
tapi, entahlah... apakah ini bentuk keterlambatan untuk menyadari
atau ini bentuk keegoisan yang tak mau merasa kehilangan
intinya, diri ini masih belum mau mengerti
kau lihat? sepertinya, salah itu kini padaku, bukan pada rasa,
kau pun bilang, jaga lah rasa, dan... aku memeliharanya,
hingga ia tumbuh, dan hadirlah pucuk-pucuk baru.
tapi kau tahu? bersamanya juga mulai tumbuh pucuk-pucuk gulma,
yang mungkin bisa disebut "harapan"..
harapan-harapan itu juga tumbuh,
harapan, yang kau katakan dengan jelas untuk tak pernah memintanya dari mu
tapi entahlah, semakin banyak kau berkata jangan
semakin sering terlintas harapan itu
kenapa ?mungkin, aku sengaja menyalah artikan larangan mu sebagai rambu-rambu agar aku tak merasa kehilangan.
entahlah,, membicarakan hal ini sangat melelahkan, panjang dan entah sampai kapan.
tapi, setiap kali berbicara, hal ini juga terasa menyenangkan,
sekali lagi, entahlah, entah apa yang aku ingin lakukan,
hingga akhirnya, pikiran ku sampai pada jalan buntu yang membuatku.. kembali menengok harapan harapan itu.
semua ini, terasa bersambungan, seperti siklus, antara "jangan_jaga_rasa_harapan"
#ditulisdenganiringanhujandandepapepe
pict source : Dok Pribadi